Senin, 14 Desember 2015

TAFSIR IBN JARIR AT-THABARI

TAFSIR IBN JARIR AT-THABARI




Oleh :

Ulfah Zakiyah
Tajwidatul Amanah


Pendahuluan
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan merupakan pedoman hidup bagi setiap muslim, al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya ( hablum min Allah wa hablum min an-nas), bahkan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Untuk memahami ajaran islam secara sempurna (kaffah), maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahmi kandungan isi al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten.[1]
Kehadiran al-Qur’an telah memberi pengaruh yang luar biasa bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Kaum muslimin sendiri dalam rangka memahaminya telah melahirkan beribu-ribu kitab yang berupaya menjelaskan makna pesannya.[2]
Sebagai teks al-Quran memiliki ruang waktu yang kongkrit. Al-Quran diturunkan pada masa tertentu, kondisi tertentu dan terkadang terkait dengan lawan bicara (mukhatab) tertentu pula. Ini berarti teks al-Quran tidak bisa dipahami dengan aturan-aturan  yang abstrak tetapi juga membutuhkan pemahaman yang lebih ril melalui pendalaman akan waktu,tempat serta kondisi diturunkannya. Terdapat berbagai macam sumber yang dijadikan sandaran para mufassir dalam menafsirkan al-Qur’an, mereka berusaha untuk mengetahui pemahaman secara detail dan bisa diungkapkan dengan kata-kata yang sesuai. Terkait dengan itu, maka metodelogi penafsiran memiliki peran penting dalam memahami dan menafsirkan al-Qur’an sebgai kitab suci.
Kemudian muncullah kitab-kitab tafsir al-Qur’an dalam berbagai corak sesuai dengan back ground dan kecendrungan penulisnya. Kitab tafsir Jami’ul Bayan fi Ta’wili al-Qur’an adalah salah satu kitab tafsir yang lahir pada masa klasik, yang akan coba penulis kemukakan dalam makalah sederhana ini. Terkait dengan profil penulisnya, metode penulisannya, sistematika penulisannya dan analisisnya.

A.    Riwayat Hidup Ibn Jarir At-Thabari (224 H – 310 H/839 – 925 M)
Ibn Jarir At-Thabari terkenal sebagai imam mujtahid, sejarawan, ahli fiqih dan muffasir. Nama aslinya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Binyasid bin Katsir bin Ghalib al- Thabari. Beliau dilahirkan pada tahun 224 H/839 M di Amol, nama daerah di Thabaristan. At- Thabari tumbuh dewasa dalam di keluarga yang mementingkan pendidikan dan di lingkungan yang religius. Semasa hidupnya dihabiskan untuk mencari ilmu pengetahuan dan mempelajari ilmu-ilmu agama. Beliau telah menghafal al-Qur’an ketika berusia tujuh tahun, pernah menjadi imam shalat ketika berusia delapan tahun dan mulai menulis hadits ketika umurnya belum genap sembilan tahun. [3]
At- Thabari memulai petualangan keilmuannya ketika berusia dua belas tahun ( 236 H). beliau banyak belajar kebeberapa daerah dan berguru kebeberapa ulama yang ahli dibidangnya masing-masing. Perjalanan pertamanya adalalah ke Ray, sebuah kota terletak di Taheran, Iran. Di kota ini, beliau belajar hadits kepada salah satu guru utamanya yaitu Muhammad bin Humaid al-Razi ketika ia berusia 17 tahun. [4] Kemudian imam At-Thabari pergi ke Baghdad pada 241 H. untuk belajar fiqih kepada Imam Ahmad bin Hambal, namun sayang Imam Ahmad Bin Hambal terlebih dahulu wafat sebelum Imam At-Thabari sampai di kota itu. Kemudian Imam At-Thabari melanjutkan perjalanannya ke Basrah setelah itu ke Kuffah dan ke Baghdad dan tinggal di Baghdad untuk beberapa lama sebagai tahap pertama petualangan intelektualnya .[5]
Tahap kedua petualangan intelektualnya dimulai pada tahun 245 H. Beliau pergi Ke Syam (Syiria) untuk belajar ilmu Qira’at kepada al-Abbas bin al- Walid al- Bairuni dengan Qira’atnya yang syamiyyin. Kemudian Imam At-Thabari belajar Fiqih ke Imam al-Syafi’I, yaitu A- Muzani (w. 268 H) dan Imam At-Thabari juga belajar Fiqih Maliki kepada Muhammad bin Abdullah bin Al-Ahkam dan Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah. Pada tahun 290 H ( 291 H ), At-Thabari kembali ke Thabraistan dan bermukim sejenak hingga beliau pergi ke Baghdad dan tinggal disana hingga akhir hayatnya.
Adapun Karya-karya  Imam At-Thabari yaitu, Adab al-Qadhah, Adab al-Manasik, Adab al-Nufus, kitab Tafsir Jami’ al-Bayan, Tarikh al-Umam wa al-Mulk dan lain sebagainnya.

B.     Latar Belakang Penulisan Kitab
Beberapa keterangan menyebutkan latar belakang penulisan Jâmi’ al-Bayân fî  Tafsîr Al-Qur’ân adalah karena keprihatinan At-Thabari terhadap umat Islam dalam memahami Al-Qur’an. Mereka sekadar bisa membaca Al-Qur’an tanpa tahu makna sesungguhnya. Karena itulah, At-Thabari menunjukkan berbagai kelebihan Al-Qur’an dengan mengungkap berbagai makna hingga kelebihan susunan bahasanya seperi nahwu, balaghah, dan lain sebagainya. Bahkan jika ditilik dari namanya, kitab ini merupakan kumpulan keterangan (jâmi’ al-bayân) pengetahuan yang cukup luas meliputi berbagai disiplin keilmuan seperti qira’at, fiqh, dan aqidah.[6]
C.    Analisis Tafsir
  1. Sumber Penafsiran
Sumber penafsiran tafsir Jami’ al-Bayan adalah bi al-Matsur, yaitu penafsiran yang bersumber pada ayat-ayat al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang di sandarkan kepada Nabi Saw., pedapat para sahabat, tabi’in, syair Arab dan sirah Nabawiyah. At-Thabari hanya mengunakan hadits-hadits yang shahih, baik dari segi sanad maupun matan. Beliau juga mengomentari atau mengkritisi bila terdapat hadits yang dha’if, baik dari sanad maupun matan.
Selajutnya, penafsiran dan pendapat para sahabat. Terdapat sepuluh pendapat sahabat yang seringkali beliau kutip, yaitu: khulafa al-rasyidin, Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Abbas, Ubay ibn Ka’ab, Zaid ibn Tsabit, Abu Musa al-‘Asy’ari, dan Abdullah ibn Zubair. Sedangkan dari tabi’in, beliau seringkali mengutip riwayat (hadits) dan pendapat dari Said ibn Jabir, Mujahid ibn Jabir, Ikrimah, dan al-Dhahhak. Tafsir Jami’ al-Bayan ini pembahasannya mencakup beberapa disiplin ilmu, seperti kebahasaan, nahwu, syair dan ragam qira’at yang dikutip.[7]
  1. Metode dan Corak Penafsiran
Metode tafsir yang digunakan oleh at-Thabari adalah metode tahlili. Yaitu suatu metode menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan aspek yang terkandung di dalamnya yang urutannya disesuaikan dengan tertib surat yang ada dalam mushaf Utsmani. Metode ini menjelaskan pula kosa kata (susunan kalimat), munasabah (kolerasi) antar ayat maupun antar surat, menjelaskan asbabul al-nuzul, dan mengutip dalil-dalil dari Nabi Saw., sahabat dan tabi’in.

  1. Sistematika Penyajian dan Penafsiran[8]
Sistematika Penyajian kitab Tafsir At-Thabari adalah sebagai berikut:
1.      Kitab Tafsir At-Thabari terdiri dari 24 jilid.
2.      Sebelum masuk ke penafsiran, pada jilid I, at-Thabari menjelaskan seputar penjelasan seputar biografi pengarang, kata pengantar­ – diantarnya meliputi latar belakang penulisan, penjelasan mengenai metode yang digunakan untuk menafsirkan al-Qur’an, landasan dibolehkannya menafsirkan al-Qur’an, dan lain-lain.
3.      Setelah itu, at-Thabari masuk kepada ranah penafsiran. Beliau mengawali dengan penyebutan nama surah, kemudian lafadz basmalah, dan pecantuman kalimat القول فى تفسير السورة كذاوكذا dan القول فى تأويل كذاوكذا.
4.      Kemudian at-Thabari membahas ayat per-ayat al-Qur’an dan kemudian riwayat dari Nabi Saw., sahabat, dan tabi’in setelah penyebutan ayat al-Qur’an yang dibahas.
Sistematika penafsiran kitab Tafsir At-Thabari adalah sebagai berikut:
1.      Setelah pencantuman nama surat dan ayat al-Qur’an yang dibahas, at-Thabari menampilkan riwayat-riwayat, yang terdiri dari Nabi Saw., sahabat, dan tabi’in yang berkaitan dengan ayat al-Qur’an yang dibahas.
2.      Beliau juga menjelaskan tentang sabab al-nuzul dari ayat al-Qur’an yang dibahas, seperti membahas QS. Ali Imran [3]: 1-2.
3.      Setelah itu, beliau juga menjelaskan perbedaan qira’at, apabila ayat al-Qur’an yang dibahas mengandung perbedaan qira’at, seperti QS. Ali Imran [3]: 2.
4.      Kemudian at-Thabari menjelaskan ayat al-Qur’an. Apabila terdapat perbedaan riwayat tentang makna kata dari suatu ayat al-Qur’an, beliau menampilkan terlebih dahulu perbedaan itu, kemudian beliau tarjih (memilih riwayat atau pendapat yang lebih atau paling kuat) terhadap riwayat atau pendapat yang beliau kutip.

  1. Karakteristik Tafsir[9]
Secara umum, Tafsir At-Thabari memiliki beberapa karakteristik penafsiran yang dapat dilihat dalam karya besar ini. Beberapa karakteristik tersebut diantaranya adalah:
1.      Melakukan tarjih terhadap riwayat atau hadits yang dikutip.
Contoh pengutipan riwayat atau hadits yang ditarjih oleh beliau adalah ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 7. Beliau memaparkan riwayat-riwayat yang berkaitan dengan ayat tersebut. Dan diakhir penjelasannya, beliau mengatakan: والحق فى ذلك عندى ما صح بنظيره الخبر عن رسول الله (yang benar dalam hal ini menurutku adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rasulullah Saw..
2.      Menjelaskan aspek kebahasaan (nahwu dan i’rab)
Dalam kitabnya, beliau juga menjelaskan aspek kebahasaan dari sisi nahwu dan i’rab dalam penafsirannya. Seperti ketika beliau menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 58.
3.      Menggunakan qira’at pada penafsirannya
Dalam kitab Tafsir At-Thabari seringkali ditemukan penjelasan tentang qira’at ketika mengungkapkan maksud ayat al-Qur’an yang ditafsirkan. Beliau juga melakukan tarjih terhadap qira’at-qira’at yang ia kutip beserta dengan penjelasannya. Seperti ketika menafsirkan QS. Al-Baqarah [2]: 36.
4.      Mengutip syair-syair Arab klasik
At-Thabari juga mengutip syair Arab untuk menjelaskan makna kalimat yang terkandung dalam ayat al-Qur’an. Terkadang beliau menyebutkan nama penyairnya, namun tidak jarang pula beliau langsung menyebutkan syairnya. Seperti QS. Al-Baqarah [2]: 58.









  1. Contoh dari Tafsir Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ayi al-Qur’an
1.      Melakukan tarjih terhadap riwayat atau hadits yang dikutip
2.      Menjelaskan aspek kebahasaan (nahwu dan i’rab)
3.      Menggunakan qira’at dalam penafsiran
4.      Mengutip syair-syair Arab klasik

Penutup
1.  Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Binyasid bin Katsir bin Ghalib al- Thabari adalah nama lengkap Ibn Jarir At-Thabari. Beliau dilahirkan pada tahun 224 H/839 M di Amol, nama daerah di Thabaristan.
2.  Sumber penafsiran tafsir Jami’ al-Bayan adalah bi al-Matsur, yaitu penafsiran yang bersumber pada ayat-ayat al-Qur’an dan riwayat-riwayat yang di sandarkan kepada Nabi Saw., pedapat para sahabat, tabi’in, syair Arab dan sirah Nabawiyah.
3.    Metode penafsiran yang digunakan adalah metode tahlili.
4.  Keprihatinan At-Thabari terhadap umat Islam dalam memahami Al-Qur’an, telah melahirkan sebuah Kitab Tafsir yang sangat bermanfaat bagi seluruh umat Islam. Bahkan kitab tafsirnya termasuk dalam kategori Kitab Tafsir bil ma’tsur yang sempurna.

Daftar Pustaka
Al-Mahmud, Yani’ Abd al-Halim. Manahij al-Mufassirun. t.tp: Dar al-Kitab al-Misri. 1978
Al-Munawar, Said Agil Husin. Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta: Ciputat Press. 2002
Amal, Taufik Adnan. Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Alvabet. 2005
At-Thabari, Ibn Jarir. Tafsir at-Thabari. (Kairo: Hijr. 2001)
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufasir Al-Qur’an. Yogyakarta: Insan Madani. 2007
Syibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah. 2011




[1] Said Agil Husin al-Munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 3
[2] Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), hal. 2
[3] Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern (Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), hal. 1
[4] Yani’ Abd al-Halim al-Mahmud, Manahij al-Mufassirun ( t.tp : Dar al-Kitab al-Misri, 1978 ), hal. 39-40
[5] Op Cit. Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, hal.2
[6] Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur’an (Yogyakarta: Insan Madani, 2007), hal. 68
[7] Op Cit. Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, hal. 6
[8] Ibid. Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, hal. 16-17
[9] Ibid. Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy. Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, hal. 12-15

3 komentar:

  1. mbak ulfah assalamu'alaikum ..
    mbak ulfah ada soft file buku "membahas kitab tafsir klasik-moder" karya Faizah Ali Syibromalisi? boleh minta tolong kirim ke email saya? saya butuh banget buat rujukan utama bab 3 saya mbak..lokasi saya sgt jauh dg uin.. sebelumnya maaf dan terimakasih banyak

    BalasHapus
  2. email saya : aisyah.mufidah24@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam , untuk bukunya saya tdk punya soft copy y, bisa dibeli bukunya mbaa.

      Hapus